Siang hari itu, di taman kota, tak disangka aku bertemu seorang sahabat lama, senyum manisnya tak berubah, kulit cokelatnya bertambah cerah, kami saling sapa, duduk-duduk berbagi cerita, mengenang cerita lama, mengingatkan kekonyolan yang pernah kami buat. Tertawa lepas seakan tanpa beban, bercerita tentang kesibukan masing-masing, syukurlah, kini ia telah mewujudkan cita-citanya dalam bidang kuliner.
Hingga tiba-tiba aku teringat suatu memori masa kecil, dimana kami bersenda gurau sepulang sekolah, hingga tiba aku dirumahku, kuminta ia mampir sebentar,
"Oke" jawabnya
Kulihat nenek sedang menata meja makan, mempersiapkan hidangan nikmat untuk cucu kesayangannya. Beliaupun ternsenyum padaku dan sahabatku, mempersilahkan kami masuk dan menyantap hidangan. Senyum sumringah kudapati saat menatap wajah sahabatku itu, kami pun duduk, kutatap meja ada 1 mangkuk besar bakso, aku kecewa, bukan bakso yang kuinginkan hari itu, melihat raut wajahku seakan nenek mengerti,
"Nenek lagi gak sempat masak cu, nanti sore saja ya nenek masak sop ayamnya"
ya! sop ayam adalah favoritku, hampir setiap hari tanpa bosan ku memakannya, terlebih ini masakan nenekku yang rasanya luar biasa nikmat. Kuurungkan niatku untuk makan, tak nafsu rasanya, melihatku bangkit, sahabatku pun mengikutiku, Nenek menawarinya untuk makan sendiri namun ia menolak, sungkan mungkin. Kami pun mengambil boneka Barbie dan memainkannya.
"Kenapa kamu gak makan?" Tanya sahabatku memulai percakapan
"Aku mau sop ayam, bukan bakso" Jawabku tanpa menatapnya
Sejenak ia terdiam,
"Kamu tau gak ? aku jarang makan bakso" Tiba-tiba sahabatku berucap
"Kenapa? aku juga jarang kok, paling 1 minggu 2 kali nenek belikan aku bakso" Jawabku sambil mengganti baju boneka barbie ku.
"Kalau aku makan bakso cuma saat Idul Fitri saja" Jawabnya, seketika aku menatapnya, ia masih sibuk menyisir rambut boneka barbie ku. "Terlalu mahal harganya" Imbuhnya.
Aku pun berpikir, seingatku harga semangkuk bakso tidaklah mahal hanya 3000 rupiah (saat itu). Aku tidak menjawabnya, aku terus berpikir, keluargaku hanya keluarga sederhana, tapi sesederhananya keluargaku mungkin keluarga sahabatku ini lebih sederhana lagi.
"Jangan pilih-pilih makanan, yang ada dimeja makan itu adalah buah usaha keluargamu, dengan memakannya saja, tanpa ada sisa dipiringmu, mereka sudah sangat bahagia" Ucapnya sambil sesekali memandangku yang sedari tadi menatapnya
"Kalau dirumahku, waktu pulang jarang ada makanan dimeja, aku masih harus bantu ibu, kalau dapat uang baru kami belanja, lalu kami masak sama-sama, baru aku makan, hehehe" imbuhnya sambil tertawa kecil
"Kalau ibu mu gak dapat uang gimana?" Tanyaku hari-hati tanpa ingin menyinggung perasaanya.
"Ya tunggu bapak pulang, baru makan, tapi kalau aku sudah sangat lapar aku minta izin petik kangkung milik tetangga" Jawabnya santai sambil mengepang rambut boneka barbie ku
"Oh, tumis kangkung ya? enak banget tuh, aku juga suka, hehe" Ujarku polos
Kemudian ia tersenyum menatapku "Gak ditumis, gak ada bumbunya, direbus aja, makan pakai garam" jawabnya lagi. Kuhentikan senyumku, situasi yang tidak nyaman saat itu. Tak pernah ku tau bahwa kehidupan sahabatku sesulit itu, kembali kutatap meja makan, tampak kuah bakso masih mengepulkan asapnya, aku terdiam sejenak, kutatap lagi sahabatku yang masih asyik mengepang rambut barbie ku. Aku pun bangkit dan berlari kecil menuju dapur, kulihat Nenek sedang meracik bumbu, kuhampiri beliau dan menatapnya
"Lagi ngapain nek?" Tanyaku
"Tunggu sebentar ya sayang, Nenek baru dapat ayamnya, nenek masak dulu ya sop nya" Jawab nya sambil tersenyum.
"Masaknya nanti sore aja gak apa-apa nek, aku makan baksonya aja" Selorohku sambil mencuci tangan dikamar mandi,
"Ya sudah, temanmu diajak makan juga ya" Jawabnya seakan tak percaya pada perkataanku.
Aku pun menghampiri sahabatku dan mengajaknya makan bersama, semangkuk bakso yang sangat nikmat, disela-sela makan siang, sahabatku berujar
"Aku suka sekali bakso, besok kalau sudah besar aku mau buka warung bakso, hehehe"
"Aamiin.. aku boleh makan gratis yaa.. hahaha" Candaku saat itu.
Sejak percakapan hari itu, aku tidak lagi pilih-pilih makanan, apa yang tersedia di meja makan selalu kusantap dengan penuh syukur. Tak rela lagi kubuang makanan yang masih layak untuk dimakan.
Kembali ku menatap wajah sahabatku yang tidak banyak berubah itu, dengan semangat ia menceritakan segala perjuangan yang ia lakukan demi menyambung hidup hingga seperti sekarang, tak hentinya ia bersyukur akan segala kenikmatan yang telah ia dapatkan, kembali ku terenyuh mendengarnya.
Kami berbincang cukup lama, semangkuk bakso menemani perbincangan kami, hingga ia bangkit dan berpamitan padaku, berjanji akan berkunjung dilain waktu. kulihat ia pergi, menuruni anak tangga, menghampiri sebuah mobil dan memasukinya, tak lama klakson berbunyi terlihat ia menurunkan kaca dan melambaikan senyumnya padaku, aku pun membalas senyumnya dan ia pun pergi, kuamati mobilnya hingga hilang ditikungan. Kembali aku duduk, mengamati mangkuk bakso yang habis tak bersisa.
Jangan pernah kamu membuang-buang makanan, apapun yang kamu makan hari ini, syukuri lah.
